Sewa Hiace Bekasi

Sejarah Kota Bekasi Hingga Pembentukannya

Bila anda mendengar kata kota Bekasi, apa yang anda bayangkan? Pasti yang terbayang adalah soto tengker dan kue duit ya. Ya memang Bekasi memiliki keunikan tersendiri dari segi kuliner, namun siapa sangka tak hanya kuliner saja yang dapat menarik perhatian para wisatawan, sejarah kota bekasi pun menjadi daya tarik bagi beberapa wisatawan dan patut untuk dikunjungi dan dipelajari. Lantas sebenarnya bagaimana ya sejarah kota Bekasi dan pembentukannya? Bersama Sewa Hiace Bekasi dari Andara Bus, kita akan mempelajarinya di bawah ini

Awal mula kota Bekasi

Sejarah kota Bekasi dapat dibedakan menjadi 4 waktu, dimulai saat abad ke 10 sampai 19, pra kemerdekaan (era kolonial), saat kemerdekaan dan saat orde baru. Nah kita mulai dari era abad 10 hingga 19 dahulu

  • (Abad ke-10 – Abad ke 19 Masehi)

Dayeuh Sundasembawa inilah daerah asal Maharaja Tarusbawa (669-723 M) pendiri Kerajaan Sunda dan seterusnya menurunkan Raja-Raja Sunda sampai generasi ke-40 yaitu Ratu Ragumulya (1567-1579 M) Raja Kerajaan Sunda (disebut pula Kerajaan Pajajaran) yang terakhir. Wilayah Bekasi tercatat sebagai daerah yang banyak memberi infirmasi tentang keberadaan Tatar Sunda pada masa lampau. Diantaranya dengan ditemukannya empat prasasti yang dikenal dengan nama Prasasti Kebantenan. Keempat prasasti ini merupakan keputusan (piteket) dari Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi, Jayadewa 1482-1521 M) yang ditulis dalam lima lembar lempeng tembaga. Sejak abad ke 5 Masehi pada masa Kerajaan Tarumanagara abad ke-8 Kerajaan Galuh, dan Kerajaan Pajajaran pada abad ke 14, Bekasi menjadi wilayah kekuasaan karena merupakan salah satu daerah strategis, yakni sebagai penghubung antara pelabuhan Sunda Kelapa (Jakarta).

 

  • Pra Kemerdekaan (Tahun 1860-an hingga 1942)

Di jaman Hindia Belanda, Bekasi masih merupakan Kewedanaan (District), termasuk Regenschap (Kabupaten) Meester Cornelis. Saat itu kehidupan masyarakatnya masih di kuasai oleh para tuan tanah keturunan Cina. Sebagian besar tanah di Bekasi disewa secara partikelir kepada tuan tanah berbangsa Eropa atau Cina. Sikap tuan tanah yang cenderung menindas rakyat menimbulkan pemberontakan rakyat Bekasi. Itu terjadi di Tambun pada 1869, menewaskan C.E. Kujper, sorang asisten residen Meester Cornelis dan Kepala Kepolisian Bekasi F. Maijer. Dalam buku ensiklopedia sejarah, mencatat pada 1869 terjadi pemberontakan rakyat Bekasi di Tambun. Insiden itu menewaskan Asisten Residen Meester Cornelis, CE Kuyper. Meski daerah Bekasi kecil, ia punya pengadilan negeri pada 1890.

Selain itu dalam buku ensiklopedia sejarah disebutkan bahwa Bekasi merupakan titik-titik penggunaan Bataviaschen Oosterfoorweg atau jalan kereta api sebelah timur Betawi yang dibuka secara resmi sebagai lalu-lintas umum sejak 1887.  Kondisi ini terus berlanjut sampai pendudukan militer Jepang. Pendudukan militer Jepang turut merubah kondisi masyarakat saat itu. Jepang melaksanakan Japanisasi di semua sektor kehidupan. Nama Batavia diganti dengan nama Jakarta. Regenschap Meester Cornelis menjadi KEN Jatinegara yang wilayahnya meliputi Gun Cikarang, Gun Kebayoran dan Gun Matraman. Mulai 1912, masyarakat Bekasi menyalurkan perlawanan kepada kolonialisme melalui Sarekat Islam. Melalui organisasi ini, masyarakat Bekasi melancarkan protes dan mogok kerja. Tuan tanah tetap lalim kepada masyarakat hingga Belanda angkat kaki pada 1942.

 

  • Saat kemerdekaan (1942-1976)

Pada tahun 942 ketika Jepang menempati wilayah Bekasi, awal mula nya telihat biasa saja karena Jepang dianggap sebagai saudara tua oleh masyarakat Indonesia terutama Bekasi, namun kenyataan berbanding terbalik dengan harapan. Jepang melanjutkan kekejian dari Belanda dengan menghukum mati warga Bekasi bernama Mahbub di Alun-alun Bekasi. Hal itu membuat masyarakat bekasi geram dan melakukan banyak pergerakan perlawanan. Pada tahun 1945, pada saat Indonesia akan melaksanakan proklamasi, Bekasi juga memiliki peranan penting seperti melakukan pengawalan dan pengamanan penculikan Soekarno dari Jakarta ke Rengasdengklok, Karawang. Saat proklamasi dibacakan oleh Soekarno, beberapa pemuda Bekasi hadir, di antaranya Madmuin Hasibuan dan Yakub Gani. Setelah proklamasi kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945, struktur pemerintahan kembali berubah, nama Ken menjadi Kabupaten, Gun menjadi Kewedanaan, Son menjadi Kecamatan dan Kun menjadi Desa/Kelurahan. Saat itu Ibu Kota Kabupaten Jatinegara selalu berubah-ubah, mula-mula di Tambun, lalu ke Cikarang, kemudian ke Bojong (Kedung Gede).

Pada waktu itu Bupati Kabupaten Jatinegara adalah Bapak Rubaya Suryanaatamirharja. Tidak lama setelah pendudukan Belanda, Kabupaten Jatinegara dihapus, kedudukannya dikembalikan seperti zaman Regenschap Meester Cornelis menjadi Kewedanaan. Kewedanaan Bekasi masuk kedalam wilayah Batavia En Omelanden. Batas Bulak Kapal ke Timur termasuk wilayah negara Pasundan di bawah Kabupaten Kerawang, sedangkan sebelah Barat Bulak Kapal termasuk wilayah negara Federal sesuai Staatsblad Van Nederlandsch Indie 1948 No. 178 Negara Pasundan. Pada saat Belanda masuk lagi ke Indonesia, Belanda melakukan pertemuan bersama para pendiri Indonesia yang dinamakan KMB atau Konferensi Meja Bundar. Pada KMB, Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia. Saat itu di Bekasi, tepatnya di Gedung Papak, samping kantor Disdukcapil, pemuda Bekasi menurunan bendera Belanda, dan menaikkan bendera Indonesia. Pada 1950-an, di Alun-alun Bekasi berkumpul puluhan ribu masyarakat Bekasi, mereka tidak mengakui pemerintahan selain NKRI. Mereka juga menuntut perubahan nama Kabupaten Jatinegara menjadi Kabupaten Bekasi.

 

  • Masa Orde Baru

Pada tahun 1960 kantor Kabupaten Bekasi berpindah dari Jatinegara ke kota Bekasi (jl. H Juanda). Kemudian pada tahun 1982, saat Bupati dijabat oleh Bapak H. Abdul Fatah Gedung Perkantoran Pemda Kabupaten Bekasi kembali dipindahkan ke Jl. A. Yani No.1 Bekasi. Pasalnya perkembangan Kecamatan Bekasi menuntut dimekarkannya Kecamatan Bekasi menjadi Kota Administratif Bekasi yang terdiri atas 4 kecamatan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1981, yaitu Kecamatan Bekasi Timur, bekasi Selatan, Bekasi Barat dan Bekasi Utara, yang seluruhnya menjadi 18 kelurahan dan 8 desa. Perkembangan Bekasi yang pesat membuat Mendagri Yogie Suardi Memet menerbitkan SK Mendagri 131.34/139/1997 tentang Pembentukan Kota Madya Dati II Bekasi. Seiring berjalannya waktu, Pemkot Bekasi pun menjalin kerja sama dengan Pemprov DKI dengan bersedia menjadi tempat pembuangan sampah di daerah Bantargebang.

 

Itulah deretan sejarah kota Bekasi hingga pembentukannya, sangat menarik bukan? Nah untuk anda yang berniat ingin mengunjungi kota Bekasi, kami dari andara bus siap melayani sewa hiace Bekasi dengan harga yang sangat terjangkau tentunya dengan fasilitas yang nyaman membuat anda tidak akan terganggu sepanjang perjalanan. Bagi anda yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai kami, dapat langsung mengunjungi website kami andarabus.com atau dapat melalui via whatsapp di nomor 081276714995 atau 02122976944 dapat juga melalui email kami [email protected]. Lokasi kantor kami ada di jl. Raya Gandul No12, RT 007/RW 008, Cinere,Depok, 16512

Scroll to Top
Chat Admin Disini